Gengsi adalah salah satu sifat yang paling membuat gw sebagai orang yang plin-plan. Di satu sisi gw selalu kesal dengan orang-orang yang mempunyai gengsi sangat tinggi, misalnya bokap dan ade cowo gw yang sangat gengsi mengakui kesalahannya. Tapi di sisi lain gw juga ga bisa bohong klo gw juga sebenarnya punya gengsi yang cukup tinggi. Klo menurut gw gengsi dan harga diri itu cuma beda tipis. Orang-orang seperti gw yang sulit mengakui klo kita mempunyai gengsi tinggi pasti akan mencari alasan klo gengsi yang kita pakai adalah harga diri. Padahal klo kita telaah lebih dalam lagi, gengsi dan harga diri itu berbeda. Gengsi itu tidak bakalan muncul klo misalnya kita ga sombong mau sedikit rendah hati. Sedangkan, kita tidak akan kehilangan harga diri dengan merendahkan hati kita untuk mencapai tujuan yang lebih baik. Namun, untuk meninggalkan perasaan sombong dan merendahkan hati kita butuh satu ilmu yang sangat sulit untuk dipelajari, yaitu IKHLAS. Mengapa ikhlas? Karena dengan kita bisa ikhlas mengakui dan menerima semua orang mempunyai kelebihan dan kekurangannya masing-masing, kita bisa menghindari kesombongan dan merendahkan hati kita. Akan tetapi, ilmu ikhlas sangat sulit untuk dipelajari apalagi untuk dikuasai karena sifat dasar manusia yang tidak pernah puas sedangkan sudah menjadi kebenaran mutlak bahwa tidak ada manusia yang sempurna. Oleh karena itu, kita hanya bisa berusaha menahan hawa nafsu kita untuk tidak terlalu mengejar kesempurnaan yang hanya milik Allah SWT.
Klo gw bisa nulis semua kalimat di atas, mengapa gw masih belum bisa bersikap biasa, menghilangkan kekecewaan gw, ataupun melupakan masalah yang pernah terjadi terhadap Vera? Alasan klise gw adalah karena gw masi merasa sakit hati. Dan gw juga akhirnya mendapat jawaban mengapa Dwi pernah sampai berbuat segitunya kepada Dian waktu mereka masih bermasalah. Memaafkan itu mudah diucapkan tapi untuk dipraktekan itu sulit. Parameter paling mudah untuk menilai klo kita sudah bisa memaafkan kesalahan orang lain adalah melupakan masalah yang pernah terjadi tersebut dan menganggapnya sebagai sebuah pelajaran. Selain itu, apabila kita sudah memaafkan orang tersebut, seharusnya kita dapat bertindak seperti sebelum terjadi masalah itu terjadi walaupun tetap saja pasti akan ada yang berbeda.
Klo waktu itu Dian pernah bilang klo emang kita best friend, kita tidak bakal bertengkar hanya karena masalah seperti ini. Klo menurut gw pendapat itu kurang tepat karena klo kita memang best friend, tidak mungkin salah satu dari kita mau menyakiti hati sahabat sendiri yang akhirnya menimbulkan masalah ini. Namun, hal itu agak tidak mungkin terjadi karena hidup terdiri dari rangkaian masalah, klo kita tidak memiliki masalah berarti kita sudah tidak memiliki kehidupan yang cukup berarti untuk dijalani. Jangankan dalam hal persahabatan, dalam hal perkawinan atau bahkan keluarga sekalipun sangat mungkin terjadi masalah yang malah pada akhirnya menimbulkan perpecahan. Akan tetapi, apabila masalah dapat dilalui dan diselesaikan dengan baik oleh kedua belah pihak, bukan tidak mungkin jika hubungan diantara keduanya malah akan semakin erat. Dapat disimpulkan juga bahwa hubungan tersebut telah melewati ujian yang sebenarnya membawa kebaikan bagi mereka apabila berhasil melaluinya dengan baik. Oleh karena itu, kita selama hidup jangan terlalu memikirkan akhir dari proses kehidupan yang kita jalani. Lebih baik kita berkonsentrasi untuk menjalani proses kehidupan ini dengan sebaik-baiknya dan membiarkan akhir dari perjalanan hidup kita diketahui hanya oleh Sang Khalik.